Presiden Jokowi meyakini, Indonesia mempunyai kekuatan dalam hal produk ramah lingkungan yang potensial untuk mengangkat daya saing produk dalam negeri di pasar global. Produk ramah lingkungan, efisien dalam pemakaian sumber daya, dan mampu mengurangi resiko kerusakan lingkungan adalah ciri-ciri produk yang akan mendominasi ekonomi hijau Indonesia.
Selaras dengan skema transformasi hijau yang didorong oleh pemerintah, Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) sebagai asosiasi pemerintah kabupaten yang bergotong royong untuk mewujudkan pembangunan lestari, berupaya mendukung strategi pemerintah dengan melakukan intervensi pemulihan pandemi COVID-19.
Pola ekonomi lestari ini bertujuan agar tercipta keselarasan antara kebutuhan manusia dan alam yakni melalui ekosistem yang terjaga, ekonomi yang produktif, dan masyarakat yang tanggap terhadap bencana. Pendekatan yang dilakukan oleh kabupaten anggota Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) adalah dengan pendekatan kawasan perdesaan lestari dari hulu ke hilir di mana seluruh kegiatan produktif di desa terintegrasi mulai dari pertanian, energi, limbah, hingga hilirisasi produk dan kemasan yang lestari.
Di tataran yang lebih tinggi, pemerintah pusat dan daerah harus menyediakan ekosistem pendukung dengan perencanaan (contoh: rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah daerah) berbasis visi lestari yang berorientasi lingkungan. Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat memberikan kerangka aturan seperti perizinan dan dukungan infrastruktur. Seluruh konsep tersebut perlu dibungkus dengan kolaborasi multipihak yang erat antara masyarakat, pemerintah, dan swasta.
Sarman Simanjorang, Direktur Eksekutif APKASI (Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia) menyatakan bahwa pemerintah kabupaten telah mendukung pembangunan ekonomi lestari yang berbasis kawasan perdesaan. “Contohnya adalah menetapkan kebijakan seperti peraturan daerah sebagai landasan hukum dan kepastian penganggaran pembangunan kawasan perdesaan yang fokus kepada pertanian dan perkebunan, misalnya kawasan perdesaan berbasis komoditas hortikultura. Selain itu kabupaten juga membentuk tim koordinasi pembangunan kawasan perdesaan (TKPKP) kabupaten,” jelasnya pada hari kedua penyelenggaraan Harmoni dari Desa: Nostalgia Kala Nanti pada tanggal 21-22 April yang lalu.
Pada intervensi pemulihan pandemi COVID-19 oleh LTKL, pola ekonomi lestari ini diejawantahkan melalui pendekatan yurisdiksi yakni pembangunan lintas sektor dengan kerjasama multi-pihak di satu wilayah geografis yang sama. Saat ini tiga kabupaten anggota LTKL yakni Kab. Gorontalo, Kab. Bone Bolango, dan Kab. Musi Banyuasin akan bekerja sama dengan swasta maupun organisasi masyarakat sipil untuk membantu membangun ketahanan masyarakat melalui aktivitas perdesaan lestari yakni peningkatan kualitas SDM, pengolahan (pertanian, limbah, dan produk), penggunaan energi (biogas). Seluruh hal tersebut akan ditunjang dengan mekanisme pemantauan yang baik serta komunikasi dan pelaporan kasus COVID-19 itu sendiri. Untuk mendorong aktivitas perdesaan lestari tersebut, tiga kabupaten anggota LKTL tersebut bekerja bersama dengan Parongpong Raw Lab, Yayasan Rumah Energi, Jejak.in, Sanggar Inovasi Desa, dan beberapa organisasi lainnya.
Kegiatan intervensi ini rencananya akan berjalan sepanjang April – September 2021. Hasil intervensi nantinya akan didiseminasikan pada kegiatan Festival Kabupaten Lestari pada November 2021 di Kab. Gorontalo dan Kab. Bone Bolango.
Pada 2020 yang lalu, LTKL juga mendorong Gotong Royong Lestari Lawan COVID-19 yakni bantuan tanggap darurat bagi masyarakat terdampak pandemi di 9 kabupaten anggota LTKL. Bantuan berfokus pada bagaimana mengumpulkan bantuan dari seluruh mitra dan rekanan LTKL di kabupaten-kabupaten tersebut. Melalui program Gotong Royong tersebut, LTKL bersama dengan mitra-mitranya telah melatih peserta-peserta dalam meningkatkan kapasitas untuk memperoleh pendapatan alternatif serta pelatihan pertanian terintegrasi.