Kabar • Artikel

Upaya Menyelaraskan Kelestarian Kawasan Konservasi, dan Peningkatan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Bone Bolango

September 18, 2024

Kabupaten Bone Bolango yang berada di Provinsi Gorontalo merupakan kabupaten konservasi, sebagai bagian dari Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBW). Bone Bolango memiliki potensi besar dengan sumber daya alam yang dimiliki, seperti perhutanan, kelautan, dan pertanian. Saat ini, komoditas yang diandalkan adalah jagung yang sifatnya monokultur, dan berpotensi menyebabkan banjir serta degradasi lahan. 

Untuk mengelola potensi sumber daya yang besar sekaligus kawasan konservasi terbesar di Sulawesi, Pemkab Bone Bolango membutuhkan lebih banyak mitra untuk berkolaborasi secara multipihak dalam melindungi ekosistem penting. Saat ini, ada Jaring Advokasi Pengelolaan Sumber Daya Alam (JAPESDA) yang telah bekerja cukup intensif selama dua tahun terakhir di  Desa Ilomata, Kecamatan Bulango Ulu, desa yang berdampingan langsung dengan Taman Nasional. Salah satu kontribusinya adalah menjadi bagian dari tim Smart Patrol yang terdiri dari Masyarakat Desa Ilomata, Masyarakat Mitra Polhut Resort Bolango, dan Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, yang bertujuan untuk pemantauan satwa. Selanjutnya, proses hasil pemantauan ini hasilnya diolah dan dianalisis lalu diberikan ke Taman Nasional, serta masyarakat dan pemerintah desa akan mendiskusikannya dalam sesi umpan balik. Temuan tersebut belum dipublikasikan ke publik, tetapi disampaikan kepada Balai Taman Nasional, pemerintah desa, pemerintah kabupaten, serta masyarakat dengan membagikan infografis. Selain itu Japesda juga aktif memberikan edukasi mengenai konsep agroforestri kepada petani di Desa Ilomata untuk mengatasi pembukaan dan alih fungsi lahan serta mendukung ketahanan pangan. 

Dari sisi perencanaan dan kebijakan, Bappeda Kabupaten Bone Bolango sudah memasukkan isu keberlanjutan dalam kebijakan selama 4 periode RPJMD. Saat ini, mereka sedang menyusun RPJM teknokratis akan diturunkan ke RKPP tahun 2025, dengan integrasi keberlanjutan ekosistem, kebijakan penanggulangan kebencanaan, dan kawasan lingkungan. Pemerintah Provinsi juga telah merencanakan pembentukan geopark untuk meningkatkan konservasi dan pariwisata.

Bagus Tri Nugroho, Nugroho Kepala SPTN I Balai Taman Nasional Bogani Nani Wartabone (TNBNW) menyatakan bahwa terkait pemanfaatan kawasan konservasi di wilayah Bone Bolango, Kementerian LHK membuka ruang akses kelola bagi masyarakat sekitar kawasan konservasi untuk memanfaatkan jasa lingkungan, seperti jasa air dan jasa wisata. “Kami membuka akses untuk izin-izin pemanfaatan air, mendorong masyarakat dan pemerintah desa sekitar kawasan untuk menggali potensi dan mengembangkan kawasan secara bersama-sama Taman Nasional untuk ekowisata,” kata Bagus.

Peluang ini direspon oleh Pemkab Bone Bolango, dengan mendorong pengembangan ekowisata, bekerjasama dengan Balai Taman Nasional, serta  Pemerintah sudah berkomitmen untuk memasukkannya ke dalam perencanaan dan kebijakan pemanfaatan HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu), seperti aren, madu, damar, dan getah. Taman Nasional juga telah membuka ruang kelola zona tradisional dengan membuka ruang akses agar masyarakat dapat memanfaatkan aren di kawasan konservasi.

Untuk investasi dan inovasi, Kabupaten Bone Bolango belum memiliki banyak komoditas yang diproduksi secara cukup besar. Potensi aren sedang dikembangkan menjadi nira cair dan gula-gula soba, yang masih diuji coba kualitasnya dan kemasannya dengan pendampingan oleh JAPESDA. JAPESDA melatih petani melakukan model agroforestri, serta melatih perempuan dan kelompok lainnya untuk mengelola potensi aren, durian, dan nangka agar lebih bernilai ekonomi. 

Nurain Lapolo, Direktur JAPESDA Gorontalo menyatakan bahwa dalam program pendampingan mereka mengajak masyarakat untuk mempertahankan wilayah sumber mata air, agar bisa diwariskan bagi generasi berikutnya, tanpa merusak kawasan konservasi. “Harapannya, semua praktik baik ini bisa direplikasi di daerah lain, dengan cakupan yang lebih luas di Kabupaten Bone Bolango dan Provinsi Gorontalo. Sudah ada komitmen pemerintah untuk memasukkan ke dalam perencanaan dan kebijakan,” ujar Ain.

Potensi komoditas lainnya, adalah kopi liberica yang cukup eksklusif dan hanya ada di lima lokasi di Indonesia. Pohon-pohonnya memiliki nilai historis sebagai peninggalan Belanda yang berada di kawasan taman nasional. Pohon-pohon tersebut sudah tidak produktif lagi, namun bisa dikembangkan menjadi bibit yang ditanam di kebun penduduk di luar kawasan konservasi, dan upaya ini baru dimulai 3-4 tahun lalu, dengan tanaman kopi yang baru mulai berbuah.

JAPESDA juga melatih masyarakat desa yang berbatasan dengan kawasan Taman Nasional untuk melakukan patroli smart, yakni pemantauan kawasan dengan mendata temuan-temuan potensi maupun ancaman keanekaragaman hayati. TN memiliki spesies endemik yang harus dilindungi yakni babi rusa, yang masih menghadapi ancaman jerat yang dipasang warga. “Mereka diedukasi untuk tidak lagi mengambil satwa dan dilibatkan dalam patroli partisipatif. Harapannya desa bisa mendukung dengan menyediakan APD Desa untuk kegiatan itu,” tambah Ain. 

Untuk pemantauan dan pelaporan, Pemkab Bone Bolango sudah memiliki forum SDI  serta telah memiliki portal data publik sendiri dan sudah terkoneksi dengan SDI. Proses pengumpulan data statistik kabupaten sudah dilakukan dengan skema SDI. Saat ini Diskominfo tengah mengembangkan kapasitas SDM untuk melakukan pengumpulan dan pengolahan data spasial dengan dukungan dari pihak lain, seperti universitas dan korporasi swasta. 

Kabupaten Bone Bolango telah mendapatkan Dana Insentif Daerah (DID) dari pemerintah pusat, serta Dana Peruntukan Khusus Infrastruktur (DIF). Sektor swasta juga memberikan dukungan melalui Corporate Social Responsibility (CSR) dari beberapa perusahaan yang beroperasi di Kabupaten Bone Bolango.