Kabar • Artikel

GOTONG ROYONG LAWAN COVID-19, KABUPATEN MUSI BANYUASIN SOSIALISASIKAN PUKL

April 30, 2020

Pemerintah Kabupaten Musi Banyuasin melakukan sosialisasi Pusat Unggulan Komoditi Lestari (PUKL) secara daring pada Rabu (24/4) dengan berbagai pemangku. PUKL merupakan suatu wadah gotong royong multi-pihak dalam pengembangan produk unggulan untuk menuju visi pembangunan lestari dari Kabupaten Musi Banyuasin yang memastikan lingkungan terjaga dan masyarakat bisa hidup sejahtera . Salah satu fungsi PUKL di masa pandemi ini adalah untuk mendorong intervensi awal gotong royong pemerintah, swasta dan masyarakat sipil untuk menjamin petani komoditas yang terdampak di Musi Banyuasin mampu melawan Covid-19.

“PUKL dikembangkan karena kami percaya bahwa ini cara mengelola sumber daya alam dengan maksimal dan bertanggung jawab. Komoditi Muba harus dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kemakmuran rakyat sekarang dan rakyat yang akan datang” ujar Beni Hernedi, Wakil Bupati Musi Banyuasin yang menjadi pembuka dalam sosialisasi tersebut. Beni menekankan bahwa pemerintah kabupaten akan terus mendorong agar Musi Banyuasin mampu menciptakan produk turunan dari kedua komoditas tersebut – contohnya melalui hilirisasi karet menjadi aspal dan sawit menjadi green fuel. “Hilirisasi ini buat rakyat karena bahan baku harus disuplai oleh masyarakat. Hasilnya juga harus berdampak pada peningkatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. dan dapat menekan angka kemiskinan di Kabupaten Musi Banyuasin—yang saat ini diangka 16 persen. Sebelum Covid-19 sudah urgent, apalagi sekarang” ujarnya.

Unsur penting dari hilirisasi memang menjadi amat relevan dalam kondisi Covid-19. Menurut Iskandar Syafrianto, kepala Dinas Perkebunan Kabupaten Musi Banyuasin, komoditas karet dan petaninya saat ini paling terdampak di Musi Banyuasin. “Petani karet sudah mulai kesulitan menjual produksinya karena pabrik banyak tutup terutama karena pesanan global juga turun. Jepang menunda ekspor hingga Mei misalnya, Cina masih membuka ekspor tapi sedikit. Harga sekarang bisa sampai hanya tiga ribu rupiah (per kilo)”

Salah satu mitra masyarakat sipil, Ofra Shinta Fitri dari Institut Dagang Hijau (IDH) membenarkan bahwa prioritas utama di saat pandemi bagi kabupaten lestari seperti Musi Banyuasin memang petani. Beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk para petani adalah membuat jaring pengaman yang dapat  meningkatkan produktivitas, optimalisasi pasca panen dan proses sepanjang rantai pasok, mempermudah perdagangan domestik agar petani dapat langsung akses pasar, dan ketersediaan energi untuk rumah tangga petani dan desa. Yuwono Aris, Kepala Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Wilayah Bappeda Musi Banyuasin, menanggapi dengan kesiapan berkolaborasi melalui program yang saat ini sedang didorong “Pada masa pandemi Covid-19 ini kami sudah menyiapkan bantuan sembako untuk 35.000 warga yang terdampak dan menyediakan jaringan pengaman sosial. Ke depan, PUKL diharapkan mampu melanjutkan dan menyusun peta jalan gotong royong jangka panjang menuju pengembangan komoditas lestari serta pembagian peran para pihak. Kita bisa mulai dari situasi Covid-19 ini” ujarnya.

Dr. Ichsan, salah satu tim kerja PUKL menjelaskan bahwa PUKL dirancang untuk dapat menjadi pusat data, pusat investasi lestari, dan pusat pelatihan dan inovasi di Musi Banyuasin. Dengan fungsi tersebut, pemerintah kabupaten, para petani, perusahaan dan masyarakat sipil dapat saling bantu untuk meningkatkan kualitas produk dan kapasitas SDM di Musi Banyuasin. Selain itu, PUKL juga dapat menjadi pusat pengaduan dan krisis bagi para pemangku kepentingan dalam menghadapi bencana, termasuk bencana non alam seperti Covid-19 sekarang ini.

Salah satu ide yang muncul dari diskusi adalah merancang program lawan Covid-19 yang akan dikelola oleh tim PUKL untuk membantu petani karet terdampak dengan program peremajaan karet dengan tata cara ramah lingkungan dan peningkatan kapasitas petani dalam mengembangkan produk siap jual. Para narasumber sepakat bahwa program tersebut dan PUKL Musi Banyuasin butuh keterlibatan anak muda. “Untuk kondisi Covid-19 sekarang, petani butuh platform untuk menjual produk agrikultur, lalu anak muda di Musi Banyuasin bisa berpartisipasi membantu atau membuat petani dapat menggunakan wadah e-commerce untuk mendistribusikan langsung hasil komoditasnya,” pungkas Ofra.

Pihak swasta menyambut baik atas ide gotong royong tersebut. Rudman Simanjuntak dari PT Musim Mas menjelaskan upaya yang dilakukan perusahaan untuk membangun rantai pasok yang berkelanjutan adalah dengan pengembangan petani kelapa sawit swadaya melalui Extension Service Program (ESP). Dalam pelaksanaan, kendala paling berat adalah memastikan petani mau dan mampu mengikuti pelatihan yang diberikan karena keterbatasan waktu dan perilaku yang sudah terlanjur terbentuk. Melalui koordinasi PUKL, tema pelatihan akan tepat sasaran, sesuai kebutuhan dan bermanfaat langsung untuk petani.


Unduh materi pembicara di sini.